Kamis, 16 Juni 2011

Qana'ah


Q A N A A H : Salah Satu Akhlak Mulia Rasulullah saw.
A.     Pendahuluan
Pada suatu hari Baginda sedang beristirahat di rumahnya sambil berbaring di atas tikar yang terbuat dari daun-daun tamar. Tiba-tiba, seorang sahabatnya yang bernama Ibn Mas`ud datang menziarahi Baginda saw.Kerana saat itu Rasulullah tidak memakai baju, maka Ibnu Mas`ud melihat bekas anyaman tikar itu membekas di tubuh Baginda. Melihat hal tersebut, Ibn Mas`ud tersentuh dan menitiskan air mata. Beliau berkata di dalam hatinya: Tidak patut seorang kekasih Allah, seorang pemimpin negara dan seorang panglima tentera hidup dengan cara demikian.


Ibnu Mas`ud pun berkata: "Ya Rasulullah, bolehkah saya membawakan tilam ke sini untuk Tuan?'' Rasulullah menjawab, "Wahai Ibnu Mas`ud, apalah arti kesenangan hidup di dunia ini bagiku. "Hidup di dunia ini bagiku bagaikan seorang musafir dalam perjalanan jauh, lalu dia singgah sebentar berteduh di bawah pohon kayu yang rindang untuk beristirahat. Kemudian dia harus berangkat meninggalkan tempat itu untuk meneruskan perjalanan yang sangat jauh dan tidak berpenghujung.''

Dalam suatu peristiwa lain, tatkala Rasulullah menikahkan puterinya, Fatimah dengan Ali bin Abi Talib. Pada masa itu Baginda menjemput Abu Bakar, Umar dan Usamah untuk membawakan 'persiapan' Fatimah. Mereka tertanya-tanya apakah yang disiapkan oleh Rasulullah untuk puteri tercinta dan menantunya yang tersayang itu? Ternyata, Rasulullah hanya menyiapkan gandum yang telah digiling, kulit binatang yang disamak, cerek dan sebiji pinggan. Demi mengetahui hal itu, Abu Bakar menangis.

"Ya, Rasulullah, hanya inikah persiapan untuk Fatimah?'' tanya Abu Bakar tersedu-sedan."Ini sudah cukup bagi orang yang berada di dunia,'' jawab Rasulullah menenangkannya. Kemudian Fatimah keluar dari rumah dengan memakai pakaian pengantin yang cukup bagus, tetapi mempunyai 12 tambalan! Tiada perhiasan yang berharga mahal.

Setelah menikah, Fatimah sentiasa menggiling gandum, membaca al-Quran, mentafsirkan kitab suci dengan hatinya, dan menangis. Itulah sebahagian daripada kemuliaan diri Fatimah. Pesta pernikahan puteri Rasulullah itu memang sederhana kerana kesederhanaan adalah sebahagian kehidupan Rasulullah sendiri. Sebenarnya, Baginda mampu membuat pesta besar-besaran untuk pernikahan puterinya itu dengan meminta bantuan para sahabat yang kaya. Namun, sebagai manusia agung, `kemegahan' tidaklah bermakna kebendaan. Rasulullah ingin menunjukkan kesederhanaan dan sifat qanaah (puas hati), yang merupakan kekayaan yang hakiki.

Baginda pernah bersabda: "Kekayaan yang hakiki adalah kekayaan iman dan dicerminkan dalam sifat qanaah.'' Bersifat qanaah berarti menerima ketentuan Allah dengan sabar, dan menarik diri daripada kecintaan kepada dunia. Iman, kesederhanaan dan qanaah adalah sesuatu yang tidak boleh dipisahkan. Seorang mukmin akan bersikap sederhana dalam hidupnya, dan kesedehanaan itu ditunjukkan daripada sifat qanaahnya.

Dari Abu Hurairah r.a katanya: "Nabi saw. bersabda yang maksudnya: "Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripadamu dan jangan melihat kepada orang yang lebih tinggi. Itulah tembok yang kukuh supaya kamu tidak menghina pemberian Allah kepadamu.” (Riwayat Bukhari)

Berkata Ibnu Umar r.a bahawasanya Nabi s.a.w telah bersabda : Allah telah berfirman : "Wahai anak Adam! Bukankah apa yang ada padamu itu sudah mencukupi? Mengapa masih minta kelebihan yang akan membinasakan engkau? Dengan sedikit, engkau tak pernah puas. Dan dengan banyaknya engkau tak pernah kenyang! Kalau bangun pagi, sedang engkau dalam keadaan sehat,  jiwamu pun tenang dan tenteram, makan minum hari itu pun sudah tersedia, apa lagi yang engkau inginkan dari dunia? Biarlah ia terlungkup!" (Riwayat Ibnu ‘Adi dan Baihaqi)

B.     Pengertian Qana’ah
Qana’ah artinya rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan. Qana’ah bukan berarti hidup bermalas-malasan, tidak mau berusaha sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Justru orang yang Qana’ah itu selalu giat bekerja dan berusaha, namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ia akan tetap rela hati menerima hasil tersebut dengan rasa syukur kepada Allah SWT. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa tentram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak. Nabi Muhammad SAW Bersabda :
" Abdullah bin Amru r.a. berkata : Bersabda Rasulullah SAW, sesungguhnya beruntung orang yang masuk Islam dan rizqinya cukup dan merasa cukup dengan apa-apa yang telah Allah berikan kepadanya. (H.R.Muslim)
orang yang memiliki sifat Qana’ah, memiliki pendirian bahwa apa yang diperoleh atau yang ada pada dirinya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT :
" Tiada sesuatu yang melata di bumi melainkan ditangan Allah rezekinya". (Hud : 6)
C.      Qana’ah dalam kehidupan
Qana’ah seharusnya merupakan sifat dasar setiap muslim, karena sifat tersebut dapat menjadi pengendali agar tidak surut dalam keputusasaan dan tidak terlalu maju dalam keserakahan. Qana’ah berfungsi sebagai stabilisator dan dinamisator hidup seorang muslim. Dikatakan stabilisator, karena seorang muslim yang mempunyai sifat Qana’ah akan selalu berlapang dada, berhati tentram, merasa kaya dan berkecukupan, bebas dari keserakahan, karena pada hakekatnya kekayaan dan kemiskinan terletak pada hati bukan pada harta yang dimilikinya. Bila kita perhatikan banyak orang yang lahirnya nampak berkecukupan bahkan mewah, namun hatinya penuh diliputi keserakahan dan kesengsaraan, sebaliknya banyak orang yang sepintas lalu seperti kekurangan namun hidupnya tenang, penuh kegembiraan, bahkan masih sanggup mengeluarkan sebagian hartanya untuk kepentingan sosial. Nabi SAW bersabda dalam salah satu hadisnya :
“Dari Abu Hurairah r.a. bersabda Nabi SAW : „ Bukanlah kekayaan itu banyak harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati". ( H.R.Bukhari dan Muslim)
karena hatinya senantiasa merasa berkecukupan, maka orang yang mempunyai sifat Qana’ah, terhindar dari sifat loba dan tamak, yang cirinya antara lain suka meminta-minta kepada sesama manusia karena merasa masih kurang puas dengan apa yang diberikan Allah kepadanya.
Disamping itu Qana’ah juga berfungsi sebagai dinamisator, yaitu kekuatan batin yang selalu mendorong seseorang untuk meraih kemajuan hidup berdasarkan kemandirian dengan tetap bergantung kepada karunia Allah.
Berkenaan dengan Qana’ah ini, Nabi Muhammad SAW telah memberikan nasehat kepada Hakim bin Hizam sebagaimana terungkap dalam riwayat berikut ini :
„ Dari Hakim bin Hizam r.a. Ia berkata : saya pernah meminta kepada Rasulullah SAW dan beliaupun memberi kepadaku. Lalu saya meminta lagi kepadanya, dan beliaupun tetap memberi. Kemudian beliau bersabda : „ Hai Hakim ! harta ini memang indah dan manis, maka siapa yang mengambilnya dengan hati yang lapang, pasti diberi berkah baginya, sebaliknmya siapa yang mengambilnya dengan hati yang rakus pasti tidak berkah baginya. Bagaikan orang makan yang tak kunjung kenyang. Dan tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah. Berkata Hakim ; Ya Rosulullah ! Demi Allah yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak akan menerima apapun sepeningal engkau sampai saya meninggal dunia. Kemudian Abu Bakar RA. (sebagai Khalifah) memanggil Hakim untuk memberinya belanja ( dari Baitul Mal) tetapi ia menolaknya dan tidak mau menerima sedikitpun pemberian itu. Kemudian Abu Bakar berkata : Wahai kaum muslimin ! saya persaksikan kepada kalian tentang Hakim bahwa saya telah memberikan haknya yang diberikan Alah padanya". (H.R.Bukhari dan Muslim )
Qana’ah itu bersangkut paut dengan sikap hati atau sikap mental. Oleh karena itu untuk menumbuhkan sifat Qana’ah diperlukan latihan dan kesabaran. Pada tingkat pemulaan mungkin merupakan sesuatu yang memberatkan hati, namun jika sifat Qana’ah sudah membudaya dalam diri dan telah menjadi bagian dalam hidupnya maka kebahagiaan didunia akan dapat dinikmatinya, dan kebahagiaan di akhirat kelak akan dicapainya. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam salah satu hadisnya :
"Qana’ah itu adalah simpanan yang tak akan pernah lenyap". (H.R.Thabrani)
demikianlah betapa pentingnya sifat Qana’ah dalam hidup, yang apabila dimiliki oleh setiap orang dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan mendorong terwujudnya masyarakat yang penuh dengan ketentraman, tidak cepat putus asa, dan bebas dari keserakahan,seta selalu berfikir positif dan maju.
Betapa tidak, karena sebenarnya dalam Qana’ah terkandung unsur pokok yang dapat membangun pribadi muslim yang menerima dengan rela apa adanya, memohon tambahan yang pantas kepada Allah serta usaha dan ikhtiar, menerima ketentuan Allah dengan sabar, bertawakkal kepada Allah, dan tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
Rasulullah s.a.w bersabda : “Sekiranya anak Adam memiliki satu lembah harta, niscaya ia ingin yang kedua, dan sekiranya ia mempunyai dua lembah niscaya ia ingin yang ketiga. Tidak akan memenuhi perut anak Adam melainkan tanah dan Allah sentiasa menerima taubat orang yang bertaubat.” (Riwayat Ahmad)

1 komentar:

Islamic Clock

Islamic Calendar

Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia

Hadits Shahih Al Bukhari

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Pages