Jumat, 10 Juni 2011

Mush'ab bin Umair - Duta Pertama

Mush'ab bin Umair atau "Mush'ab yang baik" adalah seorang pemuda Quraisy yang paling tampan dan ganteng, selalu menjadi buah bibir para gadis, selalu menjadi bintang di setiap majlis karena kecerdasannya. apabila Mush'ab keluar dari rumahnya, terciumlah wangi harum yang semerbak dari pakaiannya yang selalu rapi. Ia hidup dalam kemewahan dan kesenangan.
Ibunya bernama Khunas binti Malik, seorang wanita yang disegani dan ditakuti, berkepribadian dan berpendirian yang kuat dan tak dapat ditawar lagi.

Ketika Mush’ab bin Umair masuk islam secara diam-diam, tiada orang yang paling ditakutinya selain ibunya sendiri. Ia dikurung dalam sebuah ruangan di rumahnya. Hingga ketika beberapa kaum muslimin hijrah ke Habsyi untuk mencari tempat yang aman dan tenang untuk beribadah serta menghindari dari siksaan dari kaum kafir Quraisy.
Mush’ab pun mencari cara untuk mengelabui ibu dan para penjaga untuk ikut dalam rombongan kaum muslimin.
Setelah masuk islam Mush’ab tak lagi hidup dalam kemewahan, pakaiannya yang dulu selalu rapi, mewah dan selalu harum, kini ia hanya memakai jubah yang bertambal-tambal. Melihat keadaan Mush’ab yang telah masuk Islam, Rasulullah bersabda :
Dahulu saua lihat Mush’ab ini tak ada yang mengimbangi dalam memperoleh kesenangan dari orang tuanya, kemudian ditinggalkannya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya”
Suatu saat Mush’ab dipilih Rasulullah untuk melakukan tugas menjadi duta ke Madinah untuk mengajarkan seluk beluk agama Islam kepada orang-orang Anshar dan mengajak orang-orang untuk memeluk Islam serta mempersiapkan Madinah untuk menyambut hijratul Rasul sebagai peristiwa yang besar.
Di Madinah Mush’ab tinggal di rumah sahabatnya As’ad bin Zurarah. Berdua mereka mengunjungi kabilah-kabilah, rumah-rumah dan tempat-tempat pertemuan untuk membacakan ayat-ayat kitab suci Al-Qur’an, menyampaikan kalimatullah “bahwa Allah Tuhan Maha Esa” secara hati-hati.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai duta Rasulullah, ia sering menghadapi beberapa peristiwa yang mengancam keselamatan dirinya dan sahabatnya. Ancaman-ancaman itu berasal dari Usaid bin Hudlair, Sa’ad bin Muadz yang akhirnya mereka pun masuk Islam setelah mendengar uraian Mush’ab bin Umair.
Masuknya Usaid bin Hudlair dan Sa’ad bin Muadz kemudian diikuti oleh Sa’ad bin Ubadah dan kaum Anshar lainnya.
Demikianlah duta Rasulullah yang pertama telah mencapai hasil gemilang yang tiada taranya, suatu keberhasilan yang memang wajar dan layak di perolehnya.
Pada saat perang Uhud, Rasulullah memilihnya untuk membawa bendera.
Perang berkecamuk dengan sengit, ketika kaum kafir Quraisy terpukul mundur, pasukan panah melanggar perintah Rasulullah, mereka meninggalkan tempatnya, dengan tidak diduga pasukan berkuda Quraisy berbalik menyerang kaum muslimin yang sedang lengah. Perang kembali berkecamuk, melihat kaum muslimin kacau balau, musuh pun mencoba menujukan serangan ke arah Rasulullah.
Mush’ab bin Umair menyadari suasana gawat ini. Ia bertakbir sekeras-kerasnya laksana auman singa, mengacungkan bendera setinggi-tingginya dan menerjang musuh dengan pandangan mata yang tajam menebas musuh yang mencoba mendekati Rasulullah, maksudnya ialah mengalihkan perhatian musuh yang hendak menyerang Rasulullah.
Walaupun seorang diri Mush’ab bin Umair laksana laksana pasukan besar, sebelah tangannya memegang bendera sedangkan yang sebelah lagi menebas musuh-musuh yang mencoba mendekati Rasulullah.
Namun jumlah musuh bertambah banyak, kemudian datanglah seorang musuh berkuda menebas tangan kanan Mush’ab bin Umair hingga putus, sementara Mush’ab bin Umair mengucapkan :
Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh beberapa Rasul”.
Dipegangnya bendera dengan tangan kiri, musuh pun kembali menebas tangan kirinya hingga putus pula sambil mengucapkan kalimat yang ia ucapkan tadi, ia pun membungkuk meraih bendera dengan pangkal lengannya dan meletakkan di dadanya, kembali musuh menyerangnya untuk yang ketiga, kali ini menggunakan tombak dan menusuk tubuhnya hingga tombak itu patah. Mush’ab bin Umair pun gugur, bendera pun jatuh.
Ia gugur sebagai bintang dan mahkota para syuhada. Tanpa memikirkan dirinya, ia menghalau musuh yang hendak menyerang Rasulullah.
Kalimat yang diucapkannya tadi dikukuhkan sebagai wahyu, hingga menjadi ayat Al-Qur’an yang selalu dibaca orang.
Setelah pertempuran usai, ditemukan jasad yang terbaring menelungkup ke tanah digenangi darahnya yang mulia. Seolah-olah takut menyaksikan bila Rasulullah ditimpa bencana, maka di sembunyikannya wajahnya agar tidak melihat peristiwa yang dikhawatirkan dan ditakutinya. Atau mungkin juga ia merasa malu karena telah gugur sebelum hatinay tenteram beroleh kepastian akan keselamatan Rasulullah dan sebelum ia selesai menunaikan tugasnya dalam membela dan mempertahankan Rasulullah sampai berhasil.
Pada saat Rasulullah dan para sahabat meninjau medan pertempuran, Rasulullah tak henti-hentinya mengucurkan air mata, hingga sampai pada jasad Mush’ab bin Umair, dan ketika burdah yang dipakai Mush’ab bin Umair digunakan untuk menutup kepalanya maka kakinya terlihat, begitupun sebaliknya. Maka Rasul bersabda :
Tutupkanlah kebagian kepalanya dan kakinya tutupilah dengan rumput Idzhkir”
Dihadapan jasad Mush’ab bin Umair, Rasul membacakan ayat :
“Diantara orang-orang mu’min terdapat pahlawan-pahlawan yang telah menepati janjinya dengan Allah” (QS. 33. Al Ahzab : 23)
Kemudian bersabda :
“Ketika di Mekah dulu, tak seorang pun aku lihat yang lebih halus pakaiannya dan lebih rapu rambutnya dari pada mu (Mush’ab). Tetapi sekarang ini, dengan rambutmu yang kusut masai, hanya dibalut sehelai burdah.”
Setelah melayangkan pandang ke arah medan serta para syuhada kawan-kawan Mush’ab yang bergeletak diatasnya, Rasulullah berseru :
“Sungguh Rasulullah akan menjadi saksi nanti di hari kiamat, bahwa tuan-tuan semua adalah syuhada di sisi Allah”
Kemudian sambil berpaling ke arah sahabat yang masih hidup, sabdanya :
“Hai manusia! Berziarahlah dan berkunjunglah kepada mereka, serta ucapkanlah salam! Demi Allah yang menguasai nyawaku, tak seorang muslim pun sampai hari kiamat yang memberi salam kepada mereka, pasti mereka akan membalasnya”
Wahai Mush’ab bin Umair cukuplah bagimu ar Rahman…..
Namamu harum semerbak dalam kehidupan
Salam atasmu wahai Mush’ab bin Umair
Salam atasmu sekalian wahai para syuhada
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Islamic Clock

Islamic Calendar

Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia

Hadits Shahih Al Bukhari

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Pages